Senin, 02 Mei 2011

Generik, oh... generik...

Ada seorang bapak datang ke apotek dengan membawa resep, setelah dibaca oleh apoteker ternyata obatnya generik semua, (tumben dokternya pengertian).
Bapak: Obatnya ada?
Apt:     Ada, Pak. Ini generik semua.
Bapak: Jangan diganti ya obatnya.
Apt    : Tidak, Pak. Tunggu sebentar ya
Setelah obat selesai dan diserahkan, si Bapak protes
Bapak: Ini koq bentuknya lain dengan yang biasa saya minum? (sambil menunjuk ke salah satu kemasan obat)
Apt    : Pak, mungkin yang biasa bapak minum dari pabrik obat yang berbeda. tapi  sama-sama generik.
Bapak: Wah, saya minta yang sama.
Apt    : Yang biasa bapak minum buatan pabrik mana?
Bapak: Tidak tahu, bungkusnya sudah saya buang.
Apt    : Waduh, Pak, lalu bagaimana saya tahu yang bapak minum seperti apa?
Bapak: Bentuknya kecil, tidak besar-besar seperti ini (sambil menunjuk ke kemasan obat yang dimaksud)
Apt    : (menghela nafas) Pak, yang namanya generik itu sudah standart, Koq! Buatan pabrik mana saja kualitasnya sama.
Bapak: Masa, sih? (membolak-balik kemasan obatnya)
Apt:      Asalkan ini obat generik berlogo, kualitasnya standart alias sama walaupun pabriknya beda. Karena satu obat generik bisa diproduksi oleh lebih dari dua pabrik dengan kemasan dan bentuk yang berbeda, tapi standartnya sama.
Bapak: Ya sudah kali ini tidak apa-apa, tapi lain kali saya minta disediakan yang sama seperti yang biasa saya minum.
Apt:      Asalkan bapak bisa tahu pabriknya, nanti bisa saya bantu.
Bapak:Baiklah, terima kasih
Setelah membayar, si Bapak akhirnya pergi dengan wajah sedikit tidak puas.


Itulah sekelumit masalah yang dihadapi dengan obat generik.
Masalah kemasan itu baru satu, masalah lain yang lebih krusial adalah masalah harga. Satu jenis generik dari pabrik yang berbeda bisa mempunyai harga yang berbeda pula. Sehingga kadang-kadang Pasien merasa, koq obat ini harganya beda-beda di tiap apotek.
Kalau pemerintah ingin serius dengan obat generik, sebaiknya diadakan pengelompokan, pabrik mana membuat generik yang mana, sehingga tidak terdapat perbedaan-perbedaan yang mungkin kelihatan sepele bagi orang yang bergerak di bidang obat, tapi masalah besar bagi orang awam.
Bagi masyarakat kebanyakan, beda bentuk, beda kemasan berarti kemanjuran oabtnya juga beda. Karena masyarakat Indonesia belum terbiasa dengan standartisasi.
Mungkin di waktu depan, entah masyarakat akan lebih mengerti atau pemerintah yang lebih sadar.

Selasa, 21 September 2010

VITAMIN C AMAN UNTK LAMBUNG

KOMPOSISI

ESTER C 320 mg
Ca             32 mg
Citrus bioflavonoid 100 mg




KOMPOSISI

Vitamin C 500 mg
lepas lambat









ULASAN:

Vitamin C mempunyai peran yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh. masalahnya ada sebagian orang yang lambungnya tidak tahan terhadap asam askorbat (vit c). Sebagai solusinya mereka dapat memilih diantara du product diatas. Yang pertama adalah ester C. Sekarang banyak sekali produk ester c, tinggal pilih yang sesuai harga. Karena berbentuk senyawa ester, sifat asam dari Vit C dapat dihilangkan sehingga aman bagi lambung. Yang berikut adalah produk vitamin C tapi dalam bentuk lepas lambat. Karena larut sedikit-sedikit, maka sifat asam dari vitamin C tidak terlalu mengiritasi lambung.
Tapi semua itu kembali lagi pada kondisi lambung Anda masing-masing. Bila penyakit maag sudah kronis atau sensitif maka sebaiknya konsultasi dulu dengan dokter.

CALLUSOL LIQ 10 ML

KOMPOSISI

Asam salisilat 0.2g
Asam laktat 0.05 g
Polidocanol 0.02 g

Pabrik: Fahrenheit







ULASAN:

Kalau dulu ada obat namanya collomack sebagai obat kutil, tapi sekarang sudah tidak diproduksi lagi. Callusol bisa dibilang sebagai pengganti collomack. cukup efektif, hanya perlu waktu yang agak lama. jadi harus telaten. Obat ini sebaiknya jangan digunakan di wajah, karena bisa menimbulkan bekas kehitam-hitaman.

DECOLGEN Vs DECOLGEN FX


KOMPOSISI
Acetaminophen 650 mg
Pseudoephedrin 30 mg
Klorfeniramin maleat 2 mg







KOMPOSISI:
Paracetamol 400 mg
Fenilpropanolamin  12,5 mg
Klorfeniramin maleat 1 mg











ULASAN:

Decolgen FX merupakan varian dari Decolgen. Fungsinya tetap sama yaitu untuk menurunkan demam/nyeri dan pilek, hanya saja decolgen FX mempunyai dosis yang lebih tinggi. Pada Decolgen dosis parasetamol yang berfungsi untuk pereda demam dan nyeri hanya 400 mg sementara Decolgen FX 500 mg. Juga Klorfeniramin maleat yang berfungsi sebagai anti alergi. Pada decolgen hanya 1 mg sementara decolgen FX 2 mg. Yang berbeda disini adalah pada Decolgen FX sudah tidak menggunakan phenilpropanolamin (PPA) sebegai obat pilek, alih-alih ia menggunakan pseudoefedrin yang lebih efektif untuk meredakan pilek.

Kesimpulan:
Untuk pilek ringan dan pusing bisa menggunakan Decolgen tapi bila disertai demam lebih baik menggunakan decolgen FX

Note: bila dalam waktu 3 hari tidak ada perubahan, hubungi dokter.